[Sneak Peek] Be My Forever

Halo!

Terima kasih sudah mengikuti Forever Series. Be My Forever merupakan buku ketiga dari rangkaian seri ini. Bercerita mengenai Neo dan Ilona. Semoga kalian menyukainya seperti aku yang menyukai setiap kata yang kutuliskan.

***

 

 

Be my forever copy

Ilona.

 

Seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu.

Setelah bertahun-tahun aku berusaha melupakanmu, pada akhirnya aku sadar mengenai hal ini. Aku tak akan pernah bisa melupakanmu, sebab kenangan tak bisa hilang layaknya file di dalam hard drive.

Aku berusaha untuk menjalani hidup tanpa terus berkutat tentangmu, tentang masa lalu di antara kita. Aku tak berusaha lagi untuk mendapatkan jawaban mengenai alasanmu pergi meninggalkan aku.

Tapi, di sinilah kita. Kembali bertemu setelah sekian lama. Dengan semua kedewasaan yang ada di dalam diri kita dan segala perubahan yang dulu kita tak berani bayangkan.

Jika aku akhirnya bertanya mengenai alasanmu pergi, apakah kau akan kembali pergi dariku tanpa menjawabnya?

 

Neoda Sawega.

 

***

SATU

Neo melihat ke sekelilingnya, di mana petak-petak makam yang masih baru terlihat dipenuhi rangkaian bunga atau taburan bunga di atas tanahnya. Neo mengedikkan bahu tanpa sadar, ia tak terpikir untuk membawa bunga. Siang ini ia datang dengan tangan kosong.

Menurutnya, mereka tak butuh taburan bunga yang ujung-ujungnya hanya mengotori makam. Mereka hanya butuh doa yang ikhlas dari para pelayat. Bukan bunga, bukan juga tangisan pilu.

Jadi, menurut Neo kedatangannya saat ini sudah benar.

Setelah menelusuri area pemakaman yang luas, akhirnya ia menemukan juga makam yang dicarinya. Berada di pertengahan, masih terkena rimbunnya pohon beringin hingga matahari tak terasa terik. Neo menatap ke area belakang pemakaman, di sana masih banyak petak yang rata dan tanpa nisan.

Neo bersimpuh di depan makam yang ia tuju. Tangannya dengan lihai mencabut rumput liar yang tumbuh di sekitarnya. Setelah selesai, ia menepuk tangannya hingga lumayan bersih dan mulai berdoa.

Neo memejamkan mata selama berdoa. Doa meluncur begitu saja dari mulutnya. Terasa agak pahit ketika berucap, karena teringat lagi kenangan saat yang telah pergi masih bersamanya.

Beberapa menit kemudian, Neo membuka kembali matanya. Ia mengusap nisan bertuliskan nama calon istrinya tersebut dengan pelan.

Oh, sekarang berarti mantan calon istrinya.

“Terima kasih, Mezza, untuk semuanya.”

Hanya itu yang dikatakan Neo sebelum bangkit berdiri dan meninggalkan makam tersebut.

Neo sedikit menunduk ketika berjalan. Bukan mencari koin, tapi lebih kepada tak sanggup mengangkat kepala di saat teringat bahwa harusnya hari ini ia menikah dengan Mezza. Perempuan yang bekerja keras untuk membuatnya berpaling dan setia, tapi pada akhirnya ia yang pergi lebih dulu.

Sejak remaja, Neo tak penah terpikir untuk menikah. Baginya sebuah hubungan bersifat temporer dan akan ada masa kadaluarsanya.

Kata Kegan, sifatnya itu yang pantas membuatnya mendapatkan panggilan ‘pecundang’ dari Kegan.

Kata Seva, Neo hanya belum menerima karmanya saja.

Yang tidak kedua temannya mengerti itu adalah Neo hanya tak ingin sakit hati untuk yang kedua kalinya.

Kalau kamu tak ingin disakiti, maka sakiti saja lebih dulu orang yang berpotensi untuk menyakitimu. Menjadi yang disakiti hanya masalah waktu mengenai siapa yang lebih cepat untuk meninggalkan yang lain.

Ketika akhirnya Neo menerima Mezza seutuhnya, menginginkan komitmen, dan berpikir untuk setia, ternyata takdir masih menginginkan Neo untuk menjadi pecundang.

Yang akhirnya terjebak lagi dalam fase ini, di mana ia yang ditinggalkan.

“Neo.”

Langkah Neo sedikit melambat ketika mendengar suara tersebut. Ia berharap ini hanyalah ilusi, yang disebabkan terlalu seringnya ia mampir ke pemakaman.

“Neoda.”

Kakinya terantuk batu hingga langkahnya benar-benar terhenti. Sambil menahan diri untuk mengumpat, Neo membalikkan tubuhnya.

Dan mendapati orang pertama yang menyakitinya, kini menatapnya dengan binar yang pernah membuat Neo jatuh cinta.

Ya, jatuh.

“Neo.” Perempuan dengan midi dress berwarna hitam tersebut berjalan kearahnya dengan tenang. Menumpas jarak dengan ayunan pelan dress-nya yang tertiup angin. “Udah lama nggak ketemu.”

Seringai langsung muncul di wajah Neo. “Lama sekali, Ilo.”

“Kamu ngapain di sini?” tanya Ilona, perempuan itu sedikit memiringkan kepalanya, mengamati perubahan yang terjadi pada Neo.

“Mendoakan mantan calon istriku,” jawab Neo apa adanya. “Kamu?”

“Mendoakan suami dan calon anakku.”

Jawaban itu membuat Neo menegang di tempatnya. Ia kira Ilona akan menampilkan ekspresi getir seperti sewajarnya. Namun Ilona hanya tersenyum, tenang dan damai. Seakan-akan kehilangan bukan sesuatu yang menyakitkan.

Kalau memang kehilangan bukan sesuatu yang menyakitkan, kenapa saat Ilona pergi meninggalkannya, Neo merasa ingin menghancurkan seisi dunia agar mereka semua merasakan sakitnya ditinggalkan?

“Neo, kamu ada waktu?”

***

 

One thought on “[Sneak Peek] Be My Forever

  1. Kitty says:

    Hiks…. ternyata memang benar ya… orang yang terlihat cuek dan nyeleneh itu biasanya justru di dalamnya menyimpan kepahitannya sendiri. Dan dalam hal ini, Neo lah orangnya.

    Semoga Be My Forever ini juga bs segera terbit ya setelah nanti Now And Forever diterbitkan. Dan sepertinya “galau akut”nya Jenny masih bisa dinikmati dalam buku terakhir Forever Series ini ya… terlihat dr kata2 yang sarat kegetiran namun indah untuk dibaca…

    Like

Leave a comment